Sabtu, 23 Januari 2010

KRITIS TERHADAP BTP

Bahan Tambahan Pangan (BTP) memang sangat bermanfaat. Meski begitu, tak ada salahnya konsumen selalu bersikap kritis untuk melindungi diri dari resiko gangguan kesehatan yang mungkin muncul akibat mengonsumsi pangan yang mengandung BTP. Berikut kiat melindungi diri :
* Apapun produknya bila dikonsumsi secara berlebihan, tidak baik efeknya bagi tubuh. Karena itu berusahalah agar tidak mengonsumsi produk dengan BTP yang sama secara terus enerus dan dalam jumlah besar.
* Bisakan untuk mengenali BTP apa saja yang ada dalam suatu produk pangan dengan membaca label komposisi bahan. Tetapi ingatlah, jangan member penilaian negative dulu bila tertulis disitu bahan-bahan kimiawi. Karena air pun pada dasarnya bisa disebut sebagai H2O atau hydrogen peroksida tanpa membuat kita mendapatkan efek yang lain dari air yang kita dapatkan selama ini.
* Penerimaan kita yang wajar terhadap keterangan yang tercantum akan member kesempatan pada produsen untuk bersifat jujur pada produknya. Bagaimanapun, produsen yang berani mencantumkan secara lengkap komposisi bahan produknya, menandakan produsen tersebut punya keberanian menjamin mutu produknya.
* Pertimbangkan baik-baik produk tersebut akan kita berikan pada siapa. Produk-produk dengan BTP pemanis guna mengurangi kelebihan berat badan misalnya, tidak tepat bila diberikan pada anak-anak yang masik memerlikan kalori yang tinggi.
* Kenali spesifikasi BTP-BTP yang popular digunakan, khususnya efek-efek spesifik BTP-BTP tersebut, terutama pada kelompok-kelompok yang sensitif. Misalnya nitrit tidak baik bagi penderita asma.
* Hindari produk-produk yang menggunakan BTP yang seharusnya tidak perlu digunakan karena tidak prinsip atau bisa digantikan teknologi lain. Misalnya pemakaian pewarna berlebihan. Karena tanpa warna pun, suatu produk tidak terlalu berbada fungsinya.kita juga bisa mengganti penggunaan BTP pengawet dengan teknologi pengemasan aseptis seperti pada kemasan kotak untuk susu atau minuman lain.
* Carilah produk denganharga pantas sesuai kandungan bahan yang seharusnya digunakan. Contoh, kita tidak akan mendapatkan sirop dengan kandungan gula cukup bila harga sirop tersebut perbotol seperlima harga gula dipasaran.
* Amatilah kelayakan daya simpan produk dari segi komposisi bahan bakunya, kemasan dan cara penyimpanan. Kita perlu waspada bila ada situasi yang tak logis. Misalnya, bakso dapat disimpan pada suhu kamar lebih dari 2-3 hari. Coba tanyakan BTP atau perlakuan apa yang diberikan pada produk tersebut.
* Bekali diri dengan pengetahuan BTP sehingga dapat bersifat kritis pada suatu produk. Bila dirasa perlu, beranilah bertanya pada produsen atau lembaga-lembaga konsumen seperti YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) atau perguruan tinggi terkait tentang BTP baru yang belum dikenal.
* Percayalah pada indera kita yang telah dilengkapi Tuhan dengan sensor yang paling canggih. Indera kita dapat member peringatan yang akurat terhadap bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh. Misalny, penggunaan pengawet benzoate yang berlebihan akan memberikan rasa sepat pedas yang menggetarkan alat pengecap kita. Meski rasa tidak enak itu seringkali ditimpali dengan pedas cabai, toh bila kita rasakan lebih jauh, ras pedas cabai dan benzoate berlebih sangatlah berbeda.

Sumber:
Prof. Dr. C. Hanny Wijaya
Dosen Jur ITP – IPB Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar